Video: Daya Tahan Bisnis Consumer Saat Daya Beli Warga Turun
Bloomberg Technoz, Jakarta - Dufan adalah taman rekreasi yang telah menjadi ikon di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, namun siapa sebenarnya yang memiliki Dufan?
Dufan, atau yang dikenal juga sebagai Dunia Fantasi, bukanlah sekadar taman rekreasi biasa. Diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1985, Dufan menjadi destinasi favorit bagi banyak orang sejak itu.
Menurut sumber dari Wikipedia, konsep Dufan mulai digagas pada awal tahun 1980, ketika Ancol masih di bawah kepemimpinan Handogo Soekarno, yang menjabat sebagai kepala divisi promosi Taman Impian Jaya Ancol. Proyek ini menjadi kenyataan berkat inisiatif Benny Benhardi yang mengilhami ilustrasi awal menggunakan Birds Eye View.
Dalam proses pengembangannya, kera bekantan dipilih sebagai maskot utama Dufan, dengan tujuan untuk mengingatkan pada sejarah Ancol sebagai kawasan yang dahulu dihuni oleh kera. Pemilihan kera bekantan juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang jenis satwa langka yang perlu dilindungi.
Video: Inflasi Tingkat Produsen AS Naik 0,4% (mtm)
bakabar.com, JAKARTA – Dunia Fantasi (Dufan) yang terletak di kawasan Ancol, Jakarta Utara, merupakan salah satu tujuan rekreasi masyarakat Indonesia setiap melakukan kunjungan ke ibu kota.
Dufan sendiri merupakan objek wisata yang telah dibuka sejak 1985. Pembangunan tempat tersebut sering dikaitkan dengan sosok Ir Ciputra yang merupakan pendiri salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia, Ciputra Goup.
Kepemilikan Dunia Fantasi dan kawasan Ancol tercatat dipegang oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA). PJAA merupakan perusahaan patungan hasil Kerjasama antara pemerintah provinsi DKI Jakarta dan Ciputra Group.
Sebelumnya perusahaan tersebut bernama PT Pembangunan Jaya yang merupakan perusahaan milik Ciputra didirikan pada 3 September 1961. Kemudian Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno memerintahkan Gubernur Jakarta kala itu, Soemarno untuk melakukan revitalisasi Ibukota.
Baca Juga: Sempat Terjadi Insiden, Dufan Pastikan Wahana Halilintar Kembali Beroperasi
Baru ketika DKI Jakarta dipimpin oleh Ali Sadikin, Ciputra kemudian membangun Kawasan ancol dan perseroan berubah nama menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol.
Pada 2004, perusahaan resmi melantai di Bur Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten PJAA. Sebelum melantai di BEI, PJAA dimiliki oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta (80%) dan PT Pembangunan Jaya (20%).
Berdasarkan informasi keterbukaan dari perusahaan, kegiatan operasional PJAA adalah berbisnis pada bidang pembangunan dan jasa. Kegiatan pembangunan yang dimaksud adalah bidang real estat, yaitu pembangunan, penjualan dan penyewaan bangunan dan penjualan tanah kavling, seperti Marina Coast Royal Residence.
Kemudian mengelola taman dan pantai, Dunia Fantasi (Dufan), Atlantis Water Adventure, Ocean Dream Samudra, Ocean Ecopark, pasar seni, dan dermaga.
Baca Juga: Hari Monyet Sedunia: dari Sejarah Unik hingga Jadi Ikon Dufan
Pada 22 Juni 2004, PJAA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk penawaran umum perdana (IPO) kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp500 per saham dengan harga penawaran Rp1.025 per saham.
Melalui IPO tersebut PJAA berhasil mengumpulkan dana Rp34,37 miliar dari masyarakat. Sampai dengan saat ini PJAA masih dikendalikan Pemprov DKI Jakarta dengan kepemilikan 72 persen.
Kemudian untuk kepemilikan PT Pembangunan Jaya berdasarkan keterbukaan informasi perseroan sebsar 18,01 persen. Sedangkan sisa 9,99 persen dimiliki investor lain.
Mengutip data Refinitiv, investor tersebut, yaitu Trisna Muliadi yang komisaris perusahaan dengan kepemilikan 1,71 persen. Kemudian terdapat Dana Pensiun Waligereja Indonesia 0,63 persen.
Baca Juga: Gratis Tiket Masuk! 9 Resto di Ancol Jadi Rekomendasi Bukber
Terdapat kepemilikan dari pengelola dana abadi Norwegia yakni Norges Bank Investment Management (NBIM) sebesar 0,58 persen. Kemudian investor dari Belanda, Guangqiang Chen 0,57 persen, PT Minna Padi Aset Manajemen 0,53 persen, PT Hasjrat Abadi 0,32 persen dan Jonni Amin 0,29 persen.
Selain itu PT Pembangunan Jaya memiliki afiliasi dan sejumlah anak perusahaan dengan total gabungan mencapai 58 perusahaan.
Selain di PJAA, PT Pembangunan Jaya juga menjadi pemegang saham mayoritas dan pengendali di Jaya Real Properti (JRPT) dan Jaya Konstruksi Mandala Pratama (JKON). Selain itu, PT Pembangunan Jaya juga memiliki kepemilikan minoritas di Bumi Serpong Damai (BSDE).
Perkembangan Dufan hingga saat ini
Hingga saat ini, Dufan dikenal sebagai taman hiburan populer di kalangan masyarakat. Dengan menawarkan lebih dari 30 wahana, pengunjung bisa merasakan pengalaman tak terlupakan di sana.
Selain menjadi pusat hiburan outdoor, Dufan juga termasuk kawasan edutainment fisika terbesar di Indonesia.
Anda akan dimanjakan dengan Fantasi Keliling Dunia lewat permainan berteknologi tinggi yang terbagi menjadi sembilan kawasan.
Fasilitas umumnya juga lengkap dan nyaman sehingga dapat menunjang aktivitas Anda selama di sana.
Tidak hanya pilihan wahana yang bervariasi, Dufan juga dikenal dengan maskotnya berupa kera Bekantan yang berasal dari Kalimantan. Maskot tersebut diberi nama Dufan untuk laki-laki dan Dufi untuk karakter perempuan.
Keduanya memiliki kostum jumpsuit berwarna biru dan merah muda. Pada bagian kepala, terdapat hiasan topi dan pita lucu.
Sebagai informasi, Dufan bisa dikunjungi setiap hari mulai dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB. Harga tiketnya bervariasi dan bisa dibeli mulai dari Rp260 ribu untuk tiket regular pada hari kerja.
Itu dia ulasan mengenai siapa pemilik Dufan hingga sejarah pendirian salah satu taman hiburan terbesar di Indonesia. Tertarik untuk berlibur ke Dufan?
Jakarta, IDN Times - Dunia Fantasi (Dufan) adalah salah satu taman hiburan terbesar di Indonesia. Taman hiburan itu dimiliki oleh PT Taman Impian Jaya Ancol.
Dikutip dari situs resmi Ancol, kawasan tersebut dimiliki oleh sejumlah entitas, di mana kepemilikan terbesar dikantongi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sebesar 72 persen. Kemudian, PT Pembangunan Jaya 18,01 persen, dan masyarakat 9,99 persen.
Baca Juga: Siapa Pemilik Shell Indonesia?
Profil Maskot Dufan
Dufan dikenal dengan maskotnya yakni kera Bekantan yang berasal dari Kalimantan. Bekantan adalah hewan langka yang dilindungi.
Maskot Dufan bernama Dufan (jantan), dan Dufi (Betina). Dufan dikenal dengan kostum jumpsuit berwarna biru, dan Dufi gaun berwarna merah muda. Kepala Dufan dihiasi dengan topi berwarna biru dan merah, sementara Dufi mengenakan pita berwarna merah.
Baca Juga: Siapa Pemilik BCA? Ini Jawabannya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Taman hiburan dengan beragam wahana, Dunia Fantasi (Dufan) telah akrab ditelinga masyarakat. Namun, tak banyak yang tau tentang pemilik taman bermain berbagai usia tersebut.
Dufan ternyata tak bisa lepas dari sosok almarhum Ciputra yang menjadi aktor di balik pembangunan Dufan. Dunia Fantasi dan kawasan Ancol dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk., perusahaan patungan yang didirikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Ciputra Group melalui PT Pembangunan Jaya.
PT Pembangunan Jaya merupakan perusahaan yang didirikan Ciputra. Ketika diberi kepercayaan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk membangun kawasan Ancol, Ciputra dan Pemprov DKI mendirikan perusahaan patungan bernama PT Pembangunan Jaya Ancol yang kemudian menjadi perusahaan publik pada 2004.
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) awalnya didirikan pada 10 Juli 1992 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996.
Awalnya, pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Pembangunan Jaya Ancol Tbk, antara lain: Pemerintah Daerah DKI Jakarta (72,00%) dan PT Pembangunan Jaya (18,01%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PJAA adalah berusaha dalam bidang pembangunan dan jasa.
Kegiatan utama Jaya Ancol yang dijalankan saat ini adalah berusaha dalam bidang real estat, yaitu pembangunan, penjualan dan penyewaan bangunan dan penjualan tanah kapling (Marina Coast Royal Residence, Marina Coast The Green, Marina Coast The Bukit, De' Cove, Apartemen Northland, Jaya Ancol Seafront, Coasta Villa, Putri Duyung Ancol, Town House Puri Marina Ancol dan Pulau Bidadari); Kawasan Pariwisata (Rekreasi), yaitu mengelola taman dan pantai, Dunia Fantasi (Dufan), Atlantis Water Adventure, Ocean Dream Samudra, Ocean Ecopark, pasar seni, dan dermaga.
Pada 22 Juni 2004, PJAA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham PJAA kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp 500 per saham dengan harga penawaran Rp 1.025 per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02 Juli 2004. Saat ini sekitar 9,99 %saham PT Pembangunan Jaya Ancol sendiri telah dilepas kepada masyarakat.
Dipastikan pemilik Dufan yaitu masih dikuasai oleh Pemprov DKI Jakarta sebesar 72%, PT Pembangunan Jaya sebagai induk korporasi sebesar 18,01%, dan masyarakat yang membeli saham di bursa efek sebesar 9,99%.
Saksikan video di bawah ini:
Siapa Pemilik Ancol dan Dufan? Tempat Wisata Ikonik di Jakarta yang Selalu Ramai Pengunjung
Senin 20-05-2024,14:53 WIB
Reporter: Rury Pramesti|
Editor: Rury Pramesti
Ilustrasi Dufan yang menjadi tempat wisata ikonik di Jakarta.--Tiket.com
Namun, seluruh pengerjaan proyek Ancol dialihkan ke Badan Pelaksanaan Pembangunan (BPP) Proyek Ancol yang nantinya menjadi cikal bakal dari berdirinya PT Pembangunan Jaya, milik Ciputra Group.
PT Pembangunan Jaya sendiri kemudian langsung melakukan pembenangan secara internal dan berubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol (PJAA).
Yang mana sebanyak 80 persen saham dikuasai oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta sisanya dipegang oleh PT Pembangunan Jaya.
BACA JUGA:Lokasi Markas IFC, Pemilik Pesawat Cessna 172 yang Jatuh Ada di Rempoa Ciputat
BACA JUGA:Kepemilikan Jet Pribadi Sandra Dewi dan Harvey Moeis Mulai Dibongkar Kejagung
Sampai saat ini, sejumlah destinasi wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan di kawasan Ancol, ada Dunia Fantasi (Dufan).
Melansir dari situs resminya, kepemilikan kawasan Ancol dan Dufan ini dipegang oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).
PJAA ini adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Ciputra Group (PT Pembangunan Jaya).
Kala itu, pembangunan Dufan pada tahun 1980 ini melibatkan sejumlah tokoh terkemuka di bidang properti, salah satunya Ir. Ciputra.
Hingga akhirnya, PJAA menjadi perusahaan yang sudah merancang dan mempersiapkan semua tahapan proses pembangunan sampai strategi bisnis serta pemasaran Ancol.
BACA JUGA:Pemilik Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bundir Diungkap
BACA JUGA:Pemilik Formula 1, Liberty Media Resmi Mengakuisisi MotoGP Senilai Rp72 Triliun
Sebagai informasi, perusahaan yang telah berdiri sejak 10 Juli 1992 ini berjalan di bidang usaha pembangunan (real estate), bidang usaha pariwisata sarana olahraga, perhotelan, jasa konsultasi bidang pembangunan dan perencanaan.
PJAA pun resmi menyandang status Perusahaan Terbuka. Untuk komposisi kepemilikan saham Ancol, dimana Pemda DKI Jakarta menjadi pemegang saham utama dengan total kepemilikan saham sekitar 72 persen, PT Pembangunan Jaya 18 persen dan publik mempunyai sisanya sekitar 10 persen.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Dunia Fantasi atau lebih dikenal Dufan adalah salah satu Taman Hiburan terbesar di Indonesia. Ada berbagai macam wahana menarik, baik wahana raham anak hingga wahana yang memacu adrenalin bisa dicoba di sana.
Berada di kawasan Ancol, Dufan seringkali didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Terlebih saat musim liburan, jumlah pengunjung bisa lebih banyak dari hari biasa.
Meskipun tempatnya banyak dikenal orang, tidak banyak yang tahu mengenai pemilik Dufan.
Ingin tahu siapa pemilik Dufan? Simak pemegang saham mayoritas hingga sejarahnya yang menarik untuk diketahui.
Di kalangan masyarakat, tidak jarang pertanyaan siapa pemilik Dufan bermunculan dan menjadi topik yang banyak dicari.
Kepemilikan Dufan merupakan bagian dari Ancol ternyata berada di bawah naungan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan gabungan antara Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta dengan Ciputra Group.
Pada tanggal 10 Juli 1992, kepemilikan saham Jaya Ancol sebesar 80 persen dimiliki oleh Pemda Jakarta dan 20 persen dimiliki PT Pembangunan Jaya.
Dilansir situs korporat.ancol.com, kepemilikan saham mayoritas terkini masih dipegang oleh Pemda Jakarta dengan total 72 persen. Di sisi lain, PT Pembangunan Jaya memiliki 18 persen dan sisanya 10 persen dimiliki oleh publik.
Maka dari itu, kepemilikan Dufan berdasarkan kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemda Jakarta dan PT Pembangunan Jaya Ancol yang melibatkan pihak swasta, Ciputra Group.
Dilihat dari sejarahnya, kawasan Ancol ternyata telah dilirik oleh Gubernur Hindia Belanda, Adriaan Valckenier di awal abad ke-17. Ia melihat potensi pengembangan destinasi wisata di wilayah tersebut.
Mengingat fokus pemerintah saat itu masih berfokus pada perang kemerdekaan, pengembangan wisata Ancol tertunda. Seiring berjalannya waktu, proyek pengembangan kawasan wisata Ancol kembali baik.
Pada masa pemerintahan Presiden Ir. Soekarno, ia menunjuk Dr. H. Soemarno, Gubernur Jakarta saat itu untuk mengembangkan Ancol sebagai destinasi wisata pada Desember 1965.
Pembangunan area tersebut terus berjalan sampai pada tahun 1966 yang berada di bawah kepemimpinan Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta.
Untuk mempercepat pembangunan, proyek Ancol dialihkan kepada Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) yang menjadi cikal bakal PT Pembangunan Jaya.
Tepat pada tanggal 29 Agustus 1985, taman hiburan Dufan resmi dibuka untuk aman. Di bulan Februari 2017, tempat tersebut telah memiliki sertifikat ISO 9001:2015.
Terinspirasi dari Disneyland
Dufan pertama kali dibuka untuk umum pada 29 Agustus 1985. Selain menjadi pusat hiburan outdoor, Dufan juga merupakan kawasan edutainment fisikia terbesar di Indonesia yang memanjakan pengunjung dengan Fantasi Keliling Dunia.
Dikutip dari jurnal Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jumat (30/8/2024), Dufan merupakan taman hiburan besutan Ciputra yang ditunjukkan ke Gubernur DKI Jakarta kala itu, yakni Ali Sadikin. Ciputra ingin Dufan menjadi taman bermain setara Disneyland.
Ada 30 wahana yang bisa dijelajahi
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Dufan memiliki sekitar 30 wahana, yang terbagi di sembilan kawasan yaitu Indonesia, Jakarta, Asia, Eropa, Amerika, Yunani, Hikayat, Kalila dan Fantasy Lights.
Berdasarkan situs resmi Ancol, ada empat wahana terbaru yang dimiliki Dufan, yakni Mowgli’s Jungle Race 4D Simulator, Rumah Riana, Baling-Baling, dan Kereta Misteri.
Baca Juga: Siapa Pemilik Aplikasi Dompet Digital DANA?
Mengenal PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk: Pemilik Dufan
Dufan terletak dalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol, yang pengelolaannya sepenuhnya diserahkan kepada PT Pembangunan Jaya Ancol. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari Grup Pembangunan Jaya.
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia Fantasi (Dufan) adalah taman hiburan kebanggaan provinsi DKI Jakarta. Tempat hiburan yang terletak di Jakarta Utara ini kerap disandingkan dengan sosok almarhum Ciputra.
Meski begitu, mungkin masih banyak orang bertanya-tanya tentang kepemilikan taman hiburan yang dibuka sejak 1985 silam ini. Lantas siapa sebenarnya pemilik taman hiburan Dufan?
Dunia Fantasi dan kawasan Ancol dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, perusahaan patungan yang didirikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Ciputra Group melalui PT Pembangunan Jaya.
PT Pembangunan Jaya yang merupakan perusahaan milikCiputra didirikan pada 3 September 1961, sebagai tindak lanjut amanah Presiden Pertama Republik IndonesiaSoekarno kepada Gubernur Jakarta saat itu,Soemarno, untuk melakukan revitalisasi kota Jakarta.
Situs resmi PT Pembangunan Jaya mencatat bahwa visi para pendiri waktu itu adalah melakukan bisnis yang berupa public-private partnership. Ketika diberi kepercayaan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk membangun kawasan Ancol, Ciputra dan Pemprov DKI mendirikan perusahaan patungan bernama PT Pembangunan Jaya Ancol yang kemudian menjadi perusahaan publik pada 2004.
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) didirikan pada 10 Juli 1992 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996. Sebelum melantai di Bursa Efek Indonesia, PJAA dimiliki oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta (80%) dan PT Pembangunan Jaya (20%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PJAA adalah berusaha dalam bidang pembangunan dan jasa.
Kegiatan utama Jaya Ancol yang dijalankan saat ini adalah berusaha dalam bidang real estat, yaitu pembangunan, penjualan dan penyewaan bangunan dan penjualan tanah kavling (Marina Coast Royal Residence, Marina Coast The Green, Marina Coast The Bukit, De' Cove, Apartemen Northland, Jaya Ancol Seafront, Coasta Villa, Putri Duyung Ancol, Town House Puri Marina Ancol dan Pulau Bidadari); Kawasan Pariwisata (Rekreasi), yaitu mengelola taman dan pantai, Dunia Fantasi (Dufan), Atlantis Water Adventure, Ocean Dream Samudra, Ocean Ecopark, pasar seni, dan dermaga.
Foto: Penyemprotan disinfektan di Dufan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Penyemprotan disinfektan di Dufan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Pada 22 Juni 2004, PJAA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham PJAA kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp 500 per saham dengan harga penawaran Rp 1.025 per saham. Dalam penawaran perdana tersebut PJAA mampu mengumpulkan dana Rp 34,37 miliar dari masyarakat.
Hingga saat ini kepemilikan Dufan masih dikendalikan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui kepemilikan sebesar 72% di PJAA, PT Pembangunan Jaya juga merupakan pengendali dan masih memegang saham PJAA sebesar 18,01%. Sedangkan sisanya dimiliki oleh investor lain sebesar 9,99%.
Mengutip data Refinitiv, termasuk dalam investor lain tersebut adalah Trisna Muliadi yang merupakan komisaris perusahaan dengan kepemilikan 1,71% saham di PJAA. Selanjutnya terdapat Dana Pensiun Waligereja Indonesia sebesar 0,63%, pengelola dana abadi Norwegia yakni Norges Bank Investment Management (NBIM) sebesar 0,58%.
Kemudian ada nama investor yang berdomisili di Belanda Guangqiang Chen (0,57%), PT Minna Padi Aset Manajemen (0,53%), PT Hasjrat Abadi (0,32%) dan Jonni Amin (0,29%).
Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga diketahui menjadi pemegang saham di beberapa perusahaan lain, termasuk di antaranya Delta Djakarta (DLTA) dan Pakuan (UANG). Selanjutnya dari 18 perusahaan yang memiliki afiliasi atau merupakan anak usaha, ada nama besar lainnya termasuk PT Bank DKI dan PT Mass Rapid Transit Jakarta.
Sementara itu, data Refinitiv menyebut PT Pembangunan Jaya yang semula bernama PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya memiliki afiliasi dan sejumlah anak perusahaan dengan total gabungan keduanya mencapai 58 perusahaan.
Selain di PJAA, PT Pembangunan Jaya merupakan pemegang saham mayoritas dan pengendali di Jaya Real Properti (JRPT) dan Jaya Konstruksi Mandala Pratama (JKON). Selain itu PT Pembangunan Jaya juga memiliki kepemilikan minoritas di Bumi Serpong Damai (BSDE).
Trisna Muliadi yang merupakan Komisaris PJAA juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Pembangunan Jaya. Candra Ciputra yang merupakan Dirut Ciputra Development (CTRA) tercatat sebagai komisaris utama, sedangkan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo merupakan salah satu komisaris perusahaan.
Saksikan video di bawah ini: